Pages

Begitu Saja

source: reinhartmaurnettedolly
Hari itu di mulai dengan mati listrik di kostku.

“Ky, listrik mati ini gimana?” teman kostku berteriak kayak dalemannya di malingin orang di jemuran belakang kost. Suara itu makin bergema seiring dengan makin kerasnya dia mengetuk pintu kamarku dan memaksaku beranjak dari tempat tidur.
“Iya, Mas” ujarku dengan mata berusaha untuk terbuka.

Setelah mendengarkan ocehannya yang tidak membantu sama sekali. Aku kemudian melirik jam dinding sambil menghitung apakah jam tidurku sudah pas atau masih kurang. Ah iya, aku ada janji untuk bimbingan KP. Iya, Kerja Praktek. Nanti saja aku ceritakan kenapa di tahun ke 6 ku kuliah ini aku masih KP. Akhirnya tanpa mandi dan hanya bermodalkan wajah ganteng cowok baru bangun tidur, aku pun pergi ke toserba retail itu.
“Mbak, ada token listrik?”. Oh, shit, mbaknya manis sekali memakai kerudung dan tersenyum kepadaku. Ya iyalah wong aku pembeli.
“Ada Mas, tunggu sebentar” jawab mbaknya dengan suara yang sangat halus sekali.

For thousand more bakal aku tungguin kok mbak, tapi kemudian aku mulai sadar dan kemudian merasa tidak percaya diri. Wajar saja, aku belum mandi, wkwk.


“Nomornya brp mas?” tanyanya.
“08222*******” dengan mantap aku menjawab
“Nomor tokennya” muka mbaknya enggak enak gitu.
“Owh, sori. 32*******”
“Isi berapa Mas?” 
“Isi hati kamu saja gimana?” ujarku dalam hati. Enggak mungkin lah aku gombalin pas lagi ramai gini tokonya.
“100 ribu” jawabku akhirnya.

Setelah sekian menit...
“Ini Mas struknya” kemudian aku memegang tangannya struknya.

“Terimakasih” ujarku sambil melemparkan senyum termautku walaupun aku sadar kalau aku belum sempat gosok gigi. Mbaknya malah sudah keburu cek label harga menghadap belakang. Sial, aku dicuekin.

Segera aku isi pulsa listrik di kostku. Ketika nyala, sekalian aku nyalakan juga dispenserku. Ngopi kayaknya enak nih, tapi karena sedang mengurangi asupan kopi, akhirnya aku memilih teh untuk proses ritual sebelum mandi. Hari ini harus ACC. Itulah tekadku. 

Sesampainya di kampus....
Aku mendapatkan SMS yang baru saja masuk ketika beberapa detik aku ingin cek jam janjian dengan dosen, yang isinya:

“Dek, sepertinya saya tidak bisa bimbingan hari ini, saya mesti ke Washington DC nemenin Donald Trump diskusi debat capres”

Lututku lemas. Aku memutuskan untuk cek saja dulu hal-hal apa saja yang masih kurang dengan laporan kerja praktekku. Hal yang aku tidak mengerti adalah... kenapa setiap dosen seperti mempunyai rasa kuasa atas mahasiswa bimbingannya? kenapa dengan mudahnya beliau cancel jadwal pertemuan? kenapa aku berbeda dengan teman-teman yang lain dengan mudahnya melenggang menyelesaikan laporan kerja prakteknya? Semua pertanyaan tersebut terngiang ngiang di dalam pikiranku. Menjelang sore aku baru balik ke kost  kemudian berbaring untuk melanjutkan tidurku lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih komentar, kritik maupun sarannya..

Komentarmu yang membuat blog ini tetap ada :)

Ingin script kodingmu terbaca di blog? Copy scriptmu DISINI

© Kucoba.com Webmaster Tools | Blogger Tool