Saya terbangun, teringat ini adalah hari minggu, hari dimana seharusnya saya berbagi di komunitas. Dengan sigap saya menyiapkan kopi. Lho, tidak mandi? Belum. Sudah menjadi rutinitas setiap pagi saya harus menikmati minimal 2 cangkir kopi untuk menikmati hari. Walaupun tujuan utamanya agar buang air besar saya bisa lancar, hahaha.
Pukul 8 lewat saya sudah rapi, dengan mengenakan celana pendek disertai dengan baju kebesaran ultah komunitas yang ke-4, saya bergegas memanaskan armada biruku menuju desa
Azri: "Oy oy, anak-anaknya tidak ada"
Saya: "Lalu, bagaimana? Libur kegiatan?"
Firdan: "Tunggu, Yella sama Gina lagi dijalan menuju kemari"
Anna: "Ada Mbak Dara juga nanti, tunggu saja sebentar"
Ternyata anak-anak yang paling banyak mengisi kegiatan, yaitu RT 4 sedang liburan ke pantai, entah ke pantai mana. Wah, saya dan tiga teman relawan yang mencegat saya tadi akhrinya menunggu personil tersisa yang sedang menuju ke turgo juga.
09.30 WIB
Dua personil yang ditunggu datang, dilanjutkan dengan Gina yang tiba terakhir. Kemudian kami berdiskusi bagaimana kegiatan nanti yang akan berjalan dengan anak-anak yang hanya sedikit. Salah satu teman relawan menginformasikan kalau masih ada beberapa anak yang tidak ke pantai, dan mereka di RT yang berbeda. Akhirnya kami memutuskan untuk tetap melanjutkan kegiatan.
Ada Dwi, Diaz, Eris (adiknya Diaz), Arum, Ipul, dan Sajid. Sementara enam anak itulah yang mengikuti kegiatan berbagi komunitas kami. Dimulai dengan membaca pada awal kegiatan, saya langsung berteriak "Wih, ada boboy boy!", mereka yang laki-laki langsung berebut ingin membaca majalah yang saya tunjuk tadi. Daripada nganggur, saya dan jendelist (nama relawan komunitas Jendela) lain ikut membaca beberapa buku yang kami bawa sendiri.
Ketika membaca itu menimbulkan keheningan namun menambah ilmu |
Ditengah asyiknya membaca buku dan majalah, kami dikejutkan dengan datangnya satu relawan lagi yang cukup senior di komunitas kami, yaitu Mas Heri. Tidak lama setelah kedatangan Mas Heri, kami melanjutkan kegiatan dengan merangkai listrik untuk menghidupkan lampu kecil. Cukup ramai, anak-anak bergantian merangkai, menukar-nukar kabel agar lampunya bisa menyala hingga haus menyerang kerongkongan kami. Eris kemudian berseru untuk minta ditemani mencari markisa untuk kita minum bersama nantinya. Ditemani oleh relawan yang perempuan, kami relawan laki-laki tetap melanjutkan kegiatan merangkai listrik.
"Hayoo, itu menyambungkannya salah kabel, Diaz" ujar salah satu jendelist |
Akhirnya markisanya sudah siap disantap. Anak-anak langsung berebut dengan kami para jendelist, hahaha. Untuk urusan minuman ketika sudah kehausan, kami juga tidak mau kalah. Ditambah es batu dan sedikit gula, rasanya saya cukup puas mencicipi empat ciduk markisa, oh iya, kami menggunakan bongkahan kulit markisanya untuk mengambil markisa dan meminumnya. Ah, rasanya puas sekali kegiatan hari ini. :)
Abaikan yang melongo di ujung kanan atas, haha |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih komentar, kritik maupun sarannya..
Komentarmu yang membuat blog ini tetap ada :)