Kali ini saya ingin berbagi pengalaman ketika observasi sebagai salah satu kegiatan pra pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata saya nanti di Dusun Kedung.
Kebetulan hari ini bertepatan dengan jama'ah Muhammadiyah melakukan puasa, jadilah waktu itu saya sendiri yang melakukan ibadah puasa terlebih dahulu daripada teman-teman di unit 78 yang jumlahnya ada 8 orang (cowo 4 orang dan cewe 4 orang).
Saya tidur jam 00.00 WIB, dan baru tidur nyenyak jam 01.00 dinihari. Bersyukur ibu saya menelpon ketika waktu menunjukkan sahur di Kalimantan tiba, jadinya alhamdulillah saya masih punya waktu yang panjang untuk sahur di Yogyakarta*. Sehabis sholat subuh saya bingung, mau tidur lagi takut kebablasan, kalau tidak tidur nanti bisa mengantuk dalam perjalanan ke Selo, mana waktu itu saya kebagian jatah tanpa penumpang, jadi bobot motor akan ringan, sehingga saya tidak boleh sampai mengantuk, tapi akhirnya saya malah bangun-tidur-bangun-tidur gitu, ya yang penting dua-duanya terlaksana, hahaha.
Kurang lebih jam 08.30 WIB KKN unit 78 bersama unit lainnya yang lokasi KKN-nya juga di Selo berangkat. Kami melewati daerah Tempel untuk menuju Jalan Magelang hingga kemudian melewati Muntilan dan sampai di Desa Selo. Karena perjalanan kami bersifat touring, maka pelan sekali untuk pembalap macam saya melakukan perjalanan ini. Alhamdulillah setelah menghabiskan 2,5 jam perjalanan, kami akhirnya tiba juga di rumah dukuh tempat kami menginap nanti.
Suasana yang ditawarkan dusun ini sangat damai, mungkin kalau malam hari agak sedikit horor, tapi setan mana sih yang keluar ketika bulan Ramadhan. Ngomongin soal bulan Ramadhan tidak afdhol rasanya jika tidak membahas masjid. Sayangnya masjid di dusun ini cuma satu, itupun saya lebih setuju jika namanya mushola ketimbang masjid, namun untuk lebih mengagungkan rumah Allah SWT, mari kita sebut saja masjid dalam artikel ini.
Saya cukup prihatin dengan aspek spiritual atau aspek agama di dusun ini, masjid yang saya bahas tadi ketika saya dan teman-teman mendatanginya begitu kotor bahkan tidak terawat, pantas saja missionaris itu begitu gampang mengajak orang-orang desa untuk berpindah agama, karena dari umat agama kita sendiri kurang memperhatikan sodara kita yang sesama muslim. Saya sempat berfikir, mungkin kalau Front Pembela Islam sebaiknya lebih memperhatikan daerah-daerah terpencil untuk membela agama Allah daripada cuma bisa aksi yang tidak jelas.
Ketika sholat dzuhur, kami mempunyai kesempatan untuk masuk ke dalam masjid itu. Sungguh mengenaskan, karpet tidak pernah di cuci, lantai depan masjid tidak pernah dipel. Seolah-olah apa yang dikatakan pak dukuh kalau warganya itu hanya Islam KTP itu cukup menguatkan. Nah, mungkin disinilah jalan bagi unit saya untuk menghidupkan kembali masjid ini dengan didukung momen-momen bulan suci Ramadhan. Semoga dimudahkan, amin...
Banyak hal yang perlu kami benahi di dusun ini, mulai dari aspek agama, sampai ke aspek sarana dan prasana. Kami memusatkan kegiatan kami Insya Allah di masjid yang akan kami benahi tadi dengan harapan masjid akan terbiasa dikunjungi oleh masyarakat Dusun Kedung hingga kami tidak 'bertugas' di tempat itu lagi.
Maaf belum ada foto yang melampiri artikel ini, namun dari cerita di atas, mungkin pembaca bisa membayangkan bagaimana keadaan yang akan kami hadapi kelak.
*) beda waktu imsyak antara Palangkaraya - Jogja ada sekitar 30 menit
Form Pembela Islam..??? bukannya Front Pembela Islam ya...
BalasHapus