Kalian pernah berharap? Saya pernah berharap dan itu bagi saya sekarang hanya tinggal harapan. Saya pernah berharap kepada seorang gadis yang berprofesi sebagai bidan. Bukan untuk maksud dibantu melahirkannya istri saya. Tapi lebih berharap mendapatkan cinta dari sang bidan.
Sayangnya, hatinya masih terpaut dengan sahabat saya sendiri. Lucunya, karena saya merupakan sahabat dari lelaki yang menjadi kutukan sang bidan. Saya menjadi tempat curhat yang cocok baginya. Saya menyesali keputusan saya waktu itu.
Sebagai lelaki yang berharap, tentu kita secara tidak langsung juga memupuskan harapan gadis lain. Ya, saya dengan bodohnya menolak gadis lain yang waktu itu ada rasa suka dengan saya. Bukan lelaki kalau tidak lebih tertarik dengan gadis yang memiliki paras lebih cantik. Itu sudah menjadi kutukan tersendiri.
Cukup 3 hari saya merasa bahagia. Bahagia yang ternyata hanya semu. Hari pertama dengan bahagianya saya membonceng sang bidan idaman berjalan-jalan menaiki sepeda motor mengelilingi kota Jogja. Sang calon bidan idaman sempat takut dengan gaya mengendarai motor saya yang dirasanya ugal-ugalan. Padahal itu hanya sebuah trik bagi kebanyakan lelaki untuk mendapatkan perhatian dari sang gadis idamannya.
Hari kedua lebih mengasyikkan lagi, saya mulai mendapatkan perhatiannya. Sebuah perhatian yang kalau dilihat oleh orang awam, mungkin akan terlihat sebagai seorang gadis yang mendapatkan tempat curhat. Mengesalkan sebenarnya menjadi tempat curhat. Tapi rasa kagum dan tertarik mengalahkan segalanya. Sekali lagi, ini karena saya berharap dengan sang bidan idaman.
Hari ketiga merupakan hari terakhir. Saya sempat bertukar pikiran kalau kisahnya semalam mengingatkan saya akan sebuah novel karya kakak tingkat saya di kampus. Sebuah novel yang akhirnya saya berikan padanya. Sebuah novel yang sampai saat ini membuat saya tidak habis pikir apa alasan saya memberikannya kala itu, melihat akhir kisah ini malah saya yang akhirnya ditinggalkan, dan sang bidan impian akhirnya lebih memilih berkutat dengan harapannya pada sang lelaki kutukan tersebut.
Karena ku sanggup walau ku tak mau
Berdiri sendiri tanpamu
Ku mau kau tak usah ragu
Tinggalkan aku
Huuu.. kalau memang harus begitu
- Agnes Monica, Karna Ku Sanggup
Berdiri sendiri tanpamu
Ku mau kau tak usah ragu
Tinggalkan aku
Huuu.. kalau memang harus begitu
- Agnes Monica, Karna Ku Sanggup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih komentar, kritik maupun sarannya..
Komentarmu yang membuat blog ini tetap ada :)