Tanggal 11 Agustus lalu saya terbang dari kota Palangkaraya menuju Jakarta. Kenapa tidak ke Jogja langsung? Bukannya sekarang sudah ada pesawat yang langsung ke kesana? Baiklah begini ceritanya...
Pada waktu itu, saya ditugaskan oleh Ibu negara di rumah untuk menemani adik saya yang baru merantau di kota Bandung. Tanpa pikir panjang dan karena saya orangnya suka dengan hal - hal yang baru, maka saya pun langsung menyetujui tugas dari Ibu negara. Disamping, melawan Ibu kan juga durhaka kan, jadi harus dituruti, tentunya dengan pesangon dong ke Bandungnya, hehehe.
Di bandaraTjilik Riwut atau orang - orang juga kadang menyebutnya Cilik Riwut, saya mengajarkan kepada adik saya bagaimana cek-in tiket reservasi pesawat, bagaimana membayar airport tax, dan bagaimana menembak cewek yang benar pokoknya semua hal yang saya tahu, saya ajarkan kepada adik yang badannya lebih tinggi dari saya ini.
Ketika sampai di bandara Soekarno-Hatta, terjadi hal yang sebaliknya, saya yang diajari oleh adik saya ini. Percayalah, jangan terlalu gengsi untuk diajari seorang adik, apalagi kalau memang anda tidak tahu sama sekali. Capek juga ya nulis adik saya, bagaimana kalau namanya saja? Hehehe. Baiklah, saya biasa memanggilnya Aje. Karena Aje sudah pernah ke Bandung dan diajari oleh Ibu negara memakai Bus dari Jakarta ke Bandung, jadi lah dia yang mengajarkan saya sekarang.
Kembali ke Soeta tadi, setelah saya dan Aje selesai mengurus barang kami yang ada di bagasi pesawat, kemudian kami keluar menuju gate B1. Kenapa? Jangan tanya saya dong, tanya Aje gih sana! Haha. Karena cuma di gate B1 itu ada loket tiket Bus Prima Jasa, Bus yang biasa dipakai oleh Aje ke Bandung. Dengan uang sebanyak Rp. 90.000,- saya membayar tiket Bus ini, begitu pula Aje. Pelayanannya TOP deh! Saya selalu respek ke setiap pelayanan yang baik ketika kita sudah membayar sesuatu dengan harga yang merogoh kantong cukup dalam. Setelah menunggu satu Bus lewat, akhirnya bus saya dan Aje sampai juga di terminal. Kami kemudian duduk di dalam, dan dalam beberapa menit, saya dan Aje pun terlelap dalam kenyamanan Bus Prima Jasa ini.
Singkat cerita, kami sampai di terminal Bus Prima Jasa Bandung. Lama perjalanannya dari Soeta ke terminal di Bandung ini ada sekitar 4 jam. Yah lumayan lah. Setelah mencari taksi, saya pun memulai hari saya di kota kembang ini.
Awal-awal satu minggu saya di Bandung, saya hanya mampir ke rumah keluarga sambil menghafal rute angkot yang ada. Untuk ke rumah keluarga saya yang berada di daerah Buah Batu, saya naik angkot berwarna merah strip putih dengan nomor 05. Tempat tinggal Aje ada di sekitar daerah Kiaracondong. Untuk naik angkot ini, kami harus berjalan di trotoar di tengah jalan, karena untuk menghindari macet, angkot merah ini bisa menaikkan penumpang dari trotoar di tengah jalan, dan memang sebaiknya begitu kalau anda mau ke daerah Buah Batu.
Menjelang lampu merah, Aje bersiap turun, saya hampir terlena tidak menyadari adik saya itu turun angkot. Ternyata untuk ke rumah keluarga kami itu, harus jalan kaki lagi, disamping untuk menghemat biaya angkot, Aje memang tidak tahu angkot warna dan nomor berapa yang ke arah rumah keluarga kami itu. Ribet juga saya pikir.
Satu hal yang saya tidak sukai di Bandung, khususnya di daerah Kiaracondong ini, macetnya yang na'udzubillah deh! Mau nyebrang aja susahnya minta ampun ketika saya dan Aje berjalan kaki untuk sekedar mencari makan.
Ketika tinggal 2 hari lagi saya di Bandung, saya mengajak Aje pergi ke Mall terdekat, yaitu ke Trans Studio Mall, TSM Bandung kalau orang-orang biasa bilang. Untuk menuju kesana dari daerah Kiaracondong, saya harus menyeberang dan jalan sedikit ke arah stasiun Kiaracondong untuk menemukan angkot Binong berwarna hijau, entah itu maksudnya cibinong atau apa, yang pasti sepengertian saya begitu, saya tidak suka menanyakan hal-hal seperti itu kepada adik saya. Sesampainya di depan TSM dan membayar biaya angkot Rp. 6.000,- untuk kami berdua, Aje kemudian mengajak saya masuk ke bagian TSMnya, ternyata Trans Studio Bandung dan Trans Studio Hotel satu komplek dengan TSM tadi.
Di dalam TSM saya lihat tidak ramai, karena memang masih siang dan bukan weekend. Akhirnya karena tidak mendapatkan 'pemandangan yang indah', saya mengajak Aje untuk menonton bioskop TMNT, kepanjangannya apa hayoo? Cari sendiri yak, haha.
Selesai nonton, saya dan Aje mampir dahulu ke Gramedia, tapi setelah dipikir untuk menghemat, maka kami berdua memutuskan untuk sekedar melihat-lihat. Btw, buku CHSI-nya Asma Nadia yang kamu mau aku temukan loh, edisi terbaru lagi yang sudah diangkat ke sinetron. Tapi sayang, kamu seakan menghilang tanpa kabar, ya sudah, sayang juga aku sama duitnya, hehehe.
Di perjalanan pulang, saya akhirnya menemukan dua buah pemandangan yang indah, eh salah, dua orang maksudnya, waktu itu saya sedang beruntung satu angkot dengan dua gadis SMA yang mukanya artis abis, pengen kenalan rasanya waktu itu, setelah beberapa menit saya mengumpulkan keberanian untuk menyapa, akhirnya mulut saya terbuka
Saya: "Emm.. Boleh kennn..."
Gadis SMA: "Kiri Bang"
Angkot menepi ke arah kiri, kedua gadis itu turun dan membayar angkot, untungnya mereka enggak minta saya bayarin sekalian setelah gagal kenalan tadi. Maka berakhir lah sudah pemandangan indah ini, kedua gadis itu dengan tega meninggalkan dua perjaka terseok seok di dalam angkot hijau. Sejak saat itu, saya menjadi sedikit trauma dengan warna hijau X_X
Minggu akhirnya tiba dan saya harus berpisah dengan kota kembang ini, tadinya saya dan Aje akan naik angkot berwarna merah nomor 05 untuk sampai ke stasiun Kiaracondong, tapi syukurnya motor kiriman yang sudah dikirim sebelum saya dan Aje berangkat ke Bandung sudah sampai, alhasil, saya pun bisa sedikit santai memperkirakan waktu untuk ke stasiun Kircon dengan menaiki sepeda motor.
Sesampainya di stasiun, saya sedikit kaget, kok tujuannya ke Surabaya, sedangkan di tiket saya tujuannya stasiun Lempuyangan. Malu bertanya sesat di jalan memang benar, akhirnya setelah dapat tempat duduk, sayapun bertanya juga dengan penumpang di sebelah saya.
"Ke Jogja juga kan ya?"
"Iya mas, kenapa memangnya?"
*Selalu deh ditanya balik* "Gak kok, tadi soalnya di gerbang masuk kok tujuan Surabaya, makanya agak ragu tadinya"
"Sekarang tiket KA gitu mas, jauh dekat harga sama, jadi satu jalur, untuk ekonomi sih, tidak tahu yang lain"
Saya baru tahu hal ini, mungkin pembaca juga baru tahu, mungkin ini juga untuk meminimalisir lonjakan penumpang kereta api. Jadi jangan kaget seperti saya tadi ya.
"Ini serius 9 jam perjalanan ke Jogja ya?"
"Namanya juga ekonomi mas, nunggu eksekutif sama bisnis lewat dulu, baru jalan lagi"
"Owalah, begitu toh, hehe"
Setelah rasanya pantat saya sudah cukup pegal untuk sekedar duduk dan tidur selama 9 jam, akhirnya saya sampai di Lempuyangan, syukurnya ada yang jemput, tidak keluar ongkos, tapi keluar utang budi, yah tak apa, namanya juga hidup merantau, harus punya teman untuk dimintai tolong.
Sekian cerita saya, perjalanan ke Bandung kali ini membuat saya akan mengingat hal-hal seperti :
- Jangan lupa membawa sweater, karena apabila kalian dari Kalimantan yang suhunya panas ke Bandung yang suhunya sangat dingin, niscaya kalian akan kena diare dan masuk angin seperti saya. Jangan lupa juga pilih-pilih makanan agar diarenya tidak menjadi-jadi.
- Kalau budget memungkinkan, mending naik pesawat deh daripada naik kereta 9 jam, entah kalau jalan darat berapa lama perjalanannya, mungkin kamu pernah mengalami? Mari berbagi cerita juga.
- Hafalkan terlebih dahulu rute angkot jika kalian ingin membolang ke Bandung, agar lebih nyaman mau kemana-mana juga.
- Malu bertanya, sesat di
jambanjalan, kalau kamu bisa akting seperti saya, kamu bisa meniru logat sunda untuk bertanyaatau berkenalan.
Good bye Bandung, I will comeback soon. Untuk dua gadis SMA di angkot hijau, kalau jodoh kita pasti akan kenalan, pasti! xD
Blogwalking dini hari mas...
BalasHapusBukannya nggak tau angkot yang kerumah keluarga. Cuman menghemat aja + ribet kalau cuman deket aja naik angkot, mubazir lagi di kantong
Buset, jam segitu belum tidur, hati2 jd kebiasaan..
HapusIya bener juga Je, hemat itu anak kost, hahaha