"Bagaimana Zak, sudah dapat hotel yang kosong sekitar bundaran HI?" Andre bertanya lelah padaku.
"Ada satu nih Jody Hotel di Jalan Jaksa, harganya terjangkau" Akupun menjawab dengan wajah yang tak kalah lelah. Selesai makan malam dengan sebelumnya berjalan kaki dari stasiun Pasar Senen ke Bundaran HI, mungkin kalian yang di Jakarta tahu penderitaan kami berdua.
Kamipun sampai dengan kembali berjalan kaki, lelah mengalahkan rasa lapar kami kembali, bukan kami sih, lebih tepatnya aku yang lapar, haha
Sialnya, ketika kami sampai disana, kamar yang kosong itu baru saja di ambil oleh pasangan muda mudi yang bisa 'menginap' di hotel itu. Kembali aku mencari-cari sampai akhirnya menemukan nama Denver Guesthouse.
"Permisi, Denver Guesthouse dimana ya dek?" Tanya Andre ke gadis-gadis yang sepertinya masih SMP berkumpul. Sepertinya mereka sedang menggosip, karna ketika kami berdua menampakkan dirinya, suara mereka memelan.
"Gak tau mas" Jawab salah satu gadis. "Mungkin kost2an itu ada" tunjuk gadis itu lagi pada sebuah rumah susun bercat putih.
Aku bergegas mengetuk pintunya, namun tidak ada jawaban. Akhirnya aku dan Andre bertanya ke seberang rumah susun itu yang pintunya masih terbuka.
"Permisi, yang punya kost-kostan di depan siapa ya?"
"Owh itu saya, bagaimana?" ujar orang tua yang terbangun dari nyaris tidurnya.
Dengan rasa tidak nyaman Andre bertanya apakah masih ada kamar kosong untuk menginap.
"Wah sayangnya sudah penuh, tapi saya punya tempat penginapan baru yang sudah pasti masih kosong dan terjangkau buat mahasiswa seperti kalian" ujar orang tua itu.
Beliau tidak tua yang kami pikirkan, setelah sedikit memakai baju pantas untuk keluar, beliau bersama anak buah bulenya meminta kami berdua masuk ke dalam mobilnya untuk diantar ke penginapan barunya.
Sungguh heran sekaligus takjub, tidak menyangka bakal diantar memakai mobil.
Sesampainya disana, kami diberikan ruangan dengan kamar mandi dalam. Namun kami meilhat keuangan kami lagi, sehingga lebih memilih yang kamar mandi luar saja. Untuk harga kami dapat kortingan seharinya cuma 140.000 rupiah/kamar. Dengan luas yang lumayan plus TV dan twin bed, kami rasa sudah cukup.
Kami berdua diberi kartu namanya, yang akhinya aku ketahui namanya adalah Pak Kamil. Beliau seorang businessman property. Pantas saja, kami berdua dianggap link yang bagus untuk memasarkan tempat penginapannya secara tidak langsung.
Selepas urusan administrasi, kami pun mengepak barang, mandi, kemudian tidur dengan rasa tulang yang sedikit remuk.
Bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih komentar, kritik maupun sarannya..
Komentarmu yang membuat blog ini tetap ada :)