Let It Go
Sebuah novel yang tadinya aku kira cuma sebuah novel anak muda biasa yang mengisahkan tentang percintaan dan segala tetek bengeknya. Siapa kira kalau ternyata buku ini mempunyai 'isi'. Aku mendapatkan buku ini dari sortiran yang terdapat di tumpukan koleksi sumbangan ke komunitasku. Bukan menjadi hak milih sih, tapi lebih ke peminjaman. Tenang, aku bukan orang yang tidak menjaga amanah.
Awalnya ya tadi, aku meremehkan buku ini. Nanti saja ah membacanya, kisah percintaanku sendiri sedang menunggu untuk dibukukan. Itupun kalau tidak keburu aku hapus sendiri kalimat yang aku 'curhat' kan. Gimana mau jadi buku coba?
Alhasil, karena sedang menunggu antrian masuk warnet dan aku benci menunggu tanpa melakukan hal yang bermanfaat, aku baca jua lah buku itu. Berawal dari kisah SMA. Seperti biasa, klise aku pikir untuk novel romantis. Tapi setelah berlembar-lembar aku baca, aku tekuni tiap karakter yang dibuat oleh penulis, kok ada yang bikin tertarik? Khususnya malam ini dan aku baru menyadari sampai nyeletuk "Keren juga ini buku". Memang benar kalimat sakti: Don't judge book by a cover. Lihat saja cover unyunya itu. Cocok sih sama genre-nya dan aku pun merasa bersalah.
Baik, lanjut lagi. Aku baru sampai halaman 60, dan sudah bilang buku ini keren, Kenapa? Ada salah satu karakter yang menarik bagiku. Dia adalah Caraka. Seorang pemuda dengan tampilan berandalan, pikirannya transparan alias mudah ditebak, dan selalu bertindak baru mikir, tapi ternyata suka membaca buku, menonton film, bahkan suka sejarah. Wow, segala hal indah yang wajar ada di novel sih. Tapi lagi, bukan itu saja yang bikin keren. Ada beberapa kalimat dari si Caraka ini yang membuatku sampai ingin menuliskannya, yaitu
"Aku baca buku karena aku suka, bukan karena aku mengharapkan suatu penilaian dari orang-orang di sekitar aku. Bukan karena aku ingin dianggap hebat atau pintar atau berpendidikan atau beradab cuma karena udah baca sebuah karya sastra".
Owh iya, Caraka ini bahkan diceritakan pernah membaca sebuah karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Bukan Pasar Malam. Gila, aku aja gak tau itu buku apa, hahahaha.
Sebuah novel yang tadinya aku kira cuma sebuah novel anak muda biasa yang mengisahkan tentang percintaan dan segala tetek bengeknya. Siapa kira kalau ternyata buku ini mempunyai 'isi'. Aku mendapatkan buku ini dari sortiran yang terdapat di tumpukan koleksi sumbangan ke komunitasku. Bukan menjadi hak milih sih, tapi lebih ke peminjaman. Tenang, aku bukan orang yang tidak menjaga amanah.
Awalnya ya tadi, aku meremehkan buku ini. Nanti saja ah membacanya, kisah percintaanku sendiri sedang menunggu untuk dibukukan. Itupun kalau tidak keburu aku hapus sendiri kalimat yang aku 'curhat' kan. Gimana mau jadi buku coba?
Alhasil, karena sedang menunggu antrian masuk warnet dan aku benci menunggu tanpa melakukan hal yang bermanfaat, aku baca jua lah buku itu. Berawal dari kisah SMA. Seperti biasa, klise aku pikir untuk novel romantis. Tapi setelah berlembar-lembar aku baca, aku tekuni tiap karakter yang dibuat oleh penulis, kok ada yang bikin tertarik? Khususnya malam ini dan aku baru menyadari sampai nyeletuk "Keren juga ini buku". Memang benar kalimat sakti: Don't judge book by a cover. Lihat saja cover unyunya itu. Cocok sih sama genre-nya dan aku pun merasa bersalah.
Baik, lanjut lagi. Aku baru sampai halaman 60, dan sudah bilang buku ini keren, Kenapa? Ada salah satu karakter yang menarik bagiku. Dia adalah Caraka. Seorang pemuda dengan tampilan berandalan, pikirannya transparan alias mudah ditebak, dan selalu bertindak baru mikir, tapi ternyata suka membaca buku, menonton film, bahkan suka sejarah. Wow, segala hal indah yang wajar ada di novel sih. Tapi lagi, bukan itu saja yang bikin keren. Ada beberapa kalimat dari si Caraka ini yang membuatku sampai ingin menuliskannya, yaitu
"Aku baca buku karena aku suka, bukan karena aku mengharapkan suatu penilaian dari orang-orang di sekitar aku. Bukan karena aku ingin dianggap hebat atau pintar atau berpendidikan atau beradab cuma karena udah baca sebuah karya sastra".
Owh iya, Caraka ini bahkan diceritakan pernah membaca sebuah karya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul Bukan Pasar Malam. Gila, aku aja gak tau itu buku apa, hahahaha.